Ritual Tradisi
Dikatakan sebagai adat Jawa, sebab ritual Ruwahan itu sendiri memang tidak pernah dikenal dan diajarkan dalam agama Islam. Namun menjadi identik dengan agama Islam sebab pelaksanaan ruwahan dikaitkan dengan persiapan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Ritual yang dilakukan dalam tradisi Ruwahan ini adalah dengan menggelar do’a bagi arwah leluhur yang sudah meninggal. Proses pembacaan do’a ini biasanya dilakukan di pemakaman yang menjadi peristirahatan terakhir para leluhur. Tidak ada tanggal pasti kapan pelaksanaan Ruwahan ini harus dilakukan. Yang penting, dilakukan dalam masa penanggalan bulan Ruwah dalam kalender Jawa atau bulan Sya’ban dalam kalender Islam.
Tradisi ruwahan sendiri pada dasarnya merupakan sebuah tradisi peninggalan dari agama Hindu. Di mana agama ini merupakan agama mayoritas penduduk Jawa sebelum kedatangan Islam. Sehingga ruwahan bisa dikatakan sebagai akuluturasi budaya agama, dan berfungsi sebagai kearifan lokal. Di mana dalam kearifan lokal ini, tradisi lama masih berlangsung hanya isi dari tradisi tersebut sudah dirubah sesuai dengan budaya baru yang masuk belakangan. Ini merupakan salah satu wujud untuk mengurangi gesekan-gesekan atas masuknya budaya baru tanpa harus menimbulkan dampak negatif pada budaya lama yang hilang.
Pertentangan
Ada yang menyebut tradisi ini sebagai bid’ah atau penyimpangan. Sebab, dalam ajaran Islam memang tidak diajarkan untuk melaksanakan acara atau ritual semacam ini saat menyambut Ramadhan. Namun sebagian orang berpendapat bahwa tidak ada yang salah dalam tradisi ini, karena ruwahan dianggap sebagai adat jawa. Yang terpenting adalah niat baik untuk mendo’akan para leluhur.
Pada saat ini tradisi ruwahan juga sudah mulai ada perubahan. Jika pada jaman dahulu, tradisi ini dilakukan di pemakaman maka sekarang tidak selalu dilaksanakan di pemakaman. Selain karena terbatasnya area di pemakaman, juga terkait dengan masalah kepraktisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar