Minggu, 27 Februari 2011

ancaman konflik agama bagi negara republik kesatuan indonesia


Pendahuluan
Belakangan ini negara kita,negara indonesia. mungkin di sesuatu daerah mengalami suatu masalah konflik agama yang merupakan ancaman bagi negara kesatuan republik indonesia (NKRI). di negara indonesia ini seluruh agama di golongkan hingga menjadi suatu kelompok salah satunya Front Pembela Islam (FPI) dan masih banyak lagi,dikarnakan agar kelompok tersebut membuat suatu pemikiran yang di diskusikan dan di ajukan ke publik untuk menuntut kebenaran sesuai peraturan UUD di negara indonesia ini.
Pembahasan
Tingginya kepercayaan antar umat beragama adalah syarat mutlak bagi hadirnya pengelolaan konflik agama yang cerdas yang memungkinkan agama-agama itu hidup rukun dan damai, karena penyelesaian konflik membutuhkan komunikasi, dan komunikasi dapat terjadi karena adanya rasa saling percaya. Konflik sesungguhnya merupakan sesuatu yang alami, konflik adalah sesuatu yang inheren, demikian juga dengan konflik agama. Konflik agama telah ada ketika agama-agama itu ada. Selama manusia tak mampu membebaskan diri dari stereotype negatif tentang agama lain, konflik agama akan terus ada.


Meski demikian, konflik itu sendiri sesungguhnya memiliki peluang dan ancaman di dalam dirinya. Karena itu, pengelolaan konflik secara cerdas dalam hal ini sangat dibutuhkan agar penyelesaian konflik membawa pada suatu kehidupan bersama yang lebih baik (peluang), bukannya malah mengorbankannya untuk kemudian meledak dalam bentuk kekerasan (ancaman). Jadi, hal yang utama bukanlah bagaimana meniadakan konflik, tapi bagaimana mengelola konflik tersebut secara benar melalui penggunaan saluran-saluran yang benar, agar tidak berujung pada kekerasan.


Kehidupan beragama di Indonesia pada awalnya berjalan dengan mulus. Sejak kemerdekaan NKRI tahun 1945-1964 tidak ada insiden berarti dalam hubungan antar umat beragama. Insiden pengrusakan rumah ibadah (gereja) baru terjadi pada masa orde baru. Dan pada tahun 1985-1997 terjadi 237 kasus penutupan, pengrusakan dan pembakaran gereja, sekitar 63%.

Pada era orde lama maupun orde baru, konflik lebih disebabkan oleh ketidakpuasan sekelompok masyarakat terhadap pemerintah, berupa usaha-usaha untuk memisahkan diri dari negara kesatuan RI. Namun, pada masa reformasi panggung konflik di Indonesia beralih ke etnis dan agama yang berujung pada kekerasan sesungguhnya bukanlah warisan sejarah Indonesia.

Mengamati konflik agama yang terjadi yang berujung pada kekerasan di Indonesia, di sana terlihat bahwa tampaknya pemerintah sering kali mengambil posisi strategis, pemerintah dalam hal ini bisa dituduh melakukan kejahatan dengan membiarkan kekerasan berdasarkan agama (crime by omission). Pembiaran pemerintahlah yang menyebabkan konflik menyebar secara cepat. Malangnya, penyelesaian konflik di negeri ini tak pernah tuntas. Akibatnya, negeri yang dahulu terkenal dengan kerukunannya itu kini menjadi negeri yang rentan dengan konflik kekerasan yang amat memprihatinkan. Tepatlah apa yang dikatakan Robert W. Hefner bahwa kekerasan agama terjadi karena negara memanfaatkan agama (politisasi agama).

Konflik agama di Indonesia makin sulit dihindari karena terjadinya pengelompokkan berdasarkan agama. Pengelompokkan (clustering) berdasarkan agama ini menyebabkan timbulnya kesalahpahaman akan kepercayaan yang beragam tersebut, kesalahpahaman tersebut menyebabkan hubungan di masyarakat lebih rentan konflik, dan jika konflik pecah, sulit diselesaikan.

Itulah sebabnya pada peringatan hari jadi Singapura, Minggu (2/8), dalam pidato bertajuk tantangan masa depan Singapura, Menteri Senior Goh Chok Tong mengingatkan agar Singapura mewaspadai potensi bahaya yang meningkat dengan semakin religiusnya warga Singapura. Menurutnya, semakin religious seseorang akan membuat orang membentuk kelompok hanya dengan pemilik kepercayaan yang sama, yang kemudian bermuara pada pembagian kelompok-kelompok berdasarkan agama. Ini akan emnyebabkan timbulnya kesalahpahaman akibat kurangnya pemahaman akan kepercayaan yang beragam tersebut, kesalahpahaman tersebut bisa menimbulkan konflik agama.
Sumber Reformed Center for Religion Society

Penutup
Semoga penjelasan tentang konflik agama di negara kita bisa di atasi dan semua peradaban masing-masing agama masih dapat mentaati UUD 1945 di negara kesatuan indonesia ini. sekian sekiranya penjelasan saya untuk itu saya mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan kata di atas. sekian dan terimakasih .

Selasa, 15 Februari 2011

Bakteri yang ada di susu

Terkait dengan pengumuman merek susu formula berbakteri oleh Kementerian Kesehatan RI, isu ini kembali mengundang keingintahuan publik. Kabar tercemarnya sejumlah susu formula dengan bakteri E. Sakazakii tentunya meresahkan banyak orangtua.
Untuk menjawab keingintahuan Anda, kenali bakteri E. Sakazakii dan apa bahayanya terhadap kesehatan bayi dan balita berikut ini
Dikutip dari situs Fakultas Pertanian IPB, Enterobacter sakazakii (dibaca: enterobakter sakazaki-ai) merupakan salah satu patogen gram negatif yang sangat mematikan pada bayi baru lahir, usia 0-6 bulan. Sementara bakteri Sakazakii merupakan ancaman bagi bayi berusia 6-12 bulan.
Angka kematian akibat infeksi E. Sakazakii pada bayi baru lahir sangat tinggi sekitar 40-80 persen terutama pada bayi prematur dan bayi dengan imunitas lebih rendah daripada bayi pada umumnya.

Bakteri ini berada di saluran pencernaan dan ditemukan dalam berbagai produk seperti susu formula, keju, daging, biji-bijian hingga bumbu-bumbuan. Bakteri E. sakazakii berkembang optimal pada kisaran suhu 30-40 derajat Celcius. Kontaminasi E. Sakazakii pada susu formula diperkirakan terjadi pada saat proses produksi.
Bila satu sel bakteri mengkontaminasi, dalam lima hari produk susu tersebut telah mengandung endotoxin yang sangat berbahaya bagi kesehatan bayi. Hal ini, menurut situs tersebut, dibuktikan dari penelitian di seluruh dunia, bukan hanya di IPB.

Hingga kini, berbagai studi terus mencari penyebab kontaminasi susu berbakteri. Diduga, E. Sakazakii mengontaminasi produk susu formula lewat udara. Sehingga, diperlukan mekanisme Hazard Analysis Critical Control Point atau analisis titik penanganan kritis pada bahaya di tingkat produksi susu formula.

Pada penggunaan di rumah, susu bayi pada umumnya disiapkan dengan proses yang minim pemanasan. Biasanya, susu formula hanya dicampur air hangat kuku dengan suhu kurang dari 70°C, yang tidak cukup untuk mematikan bakteri ini.

Racun endotoxin bakteri akan menyebabkan diare, enteritis (radang usus), sepsis (keracunan yg disebabkan oleh hasil proses pembusukan), dan meningitis (peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang).

Disebutkan, infeksi bakteri akan menyebabkan gejala demam dan diare, yang bukan hanya disebabkan bukan hanya E. sakazakii tetapi juga bisa oleh mikroorganisme lainnya